Jepang adalah salah satu negara paling aman untuk traveling. Tapi, jangan sampai lengah selama wisata di Jepang, soalnya Jepang juga sama seperti negara lainnya, nggak semuanya seindah feeds Instagram-nya travelgram. Tindak kriminal pasti ada, bencana alam dan kecelakaan juga bisa terjadi saat kamu berkunjung di Jepang.

America Town, Osaka
Nah, ini ada beberapa tips jalan-jalan aman buat traveler di Jepang. Jalan-jalan cerdas dan tetap waspada, ya.
Berpakaian yang pantas
Sebenarnya nggak ada standar atau peraturan cara berpakaian yang pantas di Jepang, tapi orang Jepang nggak terbiasa melihat perempuan dengan pakaian yang terlalu terbuka. Jadi sebaiknya hindari pakaian yang menunjukkan perut atau belahan dada untuk menghindari tatapan yang nggak kamu inginkan.
Hati-hati menyeberang di penyeberangan jalan & berdiri di trotoar

Kitano District, Kobe
Kebanyakan orang Jepang menunggu sampai lampu merah untuk menyeberang, bahkan di jalan yang sepi kendaraan. Selain karena kebanyakan orang Jepang mematuhi peraturan lalu lintas dengan sungguh-sungguh, ditambah lagi dengan alasan keselamatan.
Kamu wajib ekstra hati-hati khususnya saat berjalan atau menyeberang di jalan yang nggak ada lampu lalu lintasnya. Saya hampir tertabrak mobil di jalan dengan kondisi seperti ini. Mobilnya melesat kencang sekali, bahkan berdiri menunggu lampu merah di ujung trotoar pun nggak aman.
Pada tahun 2016, ada survei dari Japan Automobile Federation (JAF) yang menunjukkan bahwa meski ada pejalan kaki di penyeberangan jalan, lebih dari 90% pengemudi nggak memberhentikan kendaraannya. Jadi minna, meski lagi terburu-buru (pake banget), sebaiknya tunggu sampai lampu merah (kalau ada), dan baiknya berdiri agak jauh dari ujung trotoar, ya.
Hindari area rawan
Wisata jalan kaki di Jepang itu super seru dan aman. Cukup dipersenjatai dengan Google Maps dan kita siap berpetualang. Tapi pikiran seperti itu berubah setelah saya dapat pengalaman diikuti dan ditanya soal pertanyaan pribadi sama pria Jepang yang nggak saya kenal saat solo trip selama hampir setengah jam, padahal masih siang bolong, lho. Waktu itu saya sudah enggak ikutin Google Maps lagi, saya jalan ngawur saja di jalan besar yang banyak orangnya. Orang yang mengikuti saya nggak kasar atau nyeleneh, sih, tapi dia kekeuh banget tanya macam-macam. Padahal hari itu lumayan dingin (musim gugur dan menjelang sore), tapi saya keringetan parah saking cemasnya. Semoga ini pengalaman terakhir kena nanpa. Buat jalan-jalan berikutnya saya kudu extra hati-hati dan lebih street smart.
Tingkat kriminalitas di Jepang memang rendah, tapi bukan berarti nggak ada tindakan kejahatan dan pelecehan sama sekali. Di Jepang juga ada area-area yang kurang aman, jadi sebaiknya research dulu informasi/sejarah area sekitar penginapan sebelum kamu booking hotel atau Airbnb. Bikin rute perjalanan dengan seksama ya, khususnya buat solo traveler.
Hati-hati sama hewan liar (saat mendaki atau wisata pulau)
Saat berkunjung di Shodoshima Olive Park, Pulau Shodoshima di musim gugur lalu, kami “bertemu” seekor babi hutan yang dilaporkan sepanjang 80 cm. Saat kejadian itu, babi hutannya berlari mengejar seorang pengunjung perempuan dan melesat tepat di sebelah kanan saya. Ternyata ini kejadian langka, karena nggak hanya pengunjung, bahkan para staf juga terkejut. Kejadian ini sampai masuk berita lokal, karena ada tiga wisatawan kena seruduk si babi hutan.
Nah, khususnya pada musim gugur, babi hutan bakalan turun gunung buat mencari makanan untuk persiapan hibernasi di musim dingin. Walaupun nggak ada yang bisa memprediksi peristiwa seperti ini, sebaiknya perhatikan sekitar dan lebih berhati-hati ketika menemukan papan peringatan adanya hewan liar.
Jadi, sebenarnya wisata di Jepang aman nggak, sih? AMAN, dong. Jepang memang aman untuk sendirian maupun wisata dengan grup kecil, tapi sebaiknya research informasi lengkap dulu sebelum berkunjung, ya. Ingat untuk selalu waspada di manapun kamu berada.